DIMANA LETAK KEMERDEKAAN APABILA PRODUK GARAM SAJA MASIH IMPOR
DIMANA LETAK KEMERDEKAAN APABILA PRODUK GARAM SAJA MASIH IMPOR

By Administrator 18 Agu 2020, 09:21:00 WIB Wakil Bupati
DIMANA LETAK KEMERDEKAAN APABILA PRODUK GARAM SAJA MASIH IMPOR

MCPATI-Pesisir Kabupaten Pati, membentang pantai sepanjang 60 Km. Dengan panjang pantai tersebut, bukanlah potensi wisatanya yang menonjol melainkan besarnya lahan tambak yang ada.
"Namun tambak yang ada tidak hanya berpotensi untuk budidaya bandeng, udang maupun ikan nila salin yang saat ini tengah kita kembangkan. Melainkan, memiliki potensi untuk produksi garam. Meskipun Kabupaten Pati bukan kota garam, namun potensi garamnya dapat melebihi daerah - daerah lain", kata Wakil Bupati Pati, Saiful Arifin saat menjadi narasumber dalam Web Seminar (Webinar) Nasional dengan tema "Mengisi Kemerdekaan dari Pesisir Jawa Tengah" yang digelar oleh Koalisi Maritim Jawa Tengah (Komjen) pada Senin, (17/8/2020).
Dijelaskan oleh Safin, dengan potensi yang sedemikian rupa menjadikan Kabupaten Pati daerah produsen garam yang cukup besar. Hal ini didukung dengan jumlah produksi garam yang mencapai 360.000 ton per tahun.
Berbicara tentang produktivitas, kita percaya bahwa Kabupaten Pati mampu memproduksi garam dengan cukup besar dan kualitas yang baik. Wabup juga menyayangkan dan kesedihannya bahwa dengan potensi produktivitas yang begitu baik, kita selalu dihantam dengan adanya garam impor. " Nah, kalau harganya tidak masuk, maka petani - petani baru atau kalangan muda, ingin mengerjakannya pun susah", kata Safin. 
Untuk itu, Safin mengajak kepada semua agar dapat saling memikirkan dan mencari solusi terkait hal tersebut. Sebab, apabila harga garam di pasar terus - terusan tidak menarik, lama - kelamaan petani garam enggan untuk masuk di industri garam.
" Dimana letak kemerdekaan kita apabila produk garam saja masih impor? Ini yang perlu kita camkan dan kita gaungkan di pemerintah pusat, masak kebutuhan garam saja harus impor ? ", terangnya.
Menurutnya Dengan produktivitas yang baik dan harga berkisar Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per kilogram, hal ini terlalu memberatkan. Bagaimana para petani - petani garam baru dapat berkontribusi apabila harganya saja tidak menarik.
"Mewakili teman - teman petani garam, kita berharap agar garam lokal ini dapat masuk di industri - industri makanan. Kita harus mencari titik tengah yang juga menguntungkan bagi para petani garam", tegasnya.
Untuk itu pihaknya juga berencana menyampaikan kepada Mendagri bahwa garam sebagai kebutuhan yang begitu penting agar dapat muncul Harga Eceran Tertinggi (HET)-nya.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment